Stephanofilariasis pada Sapi
ABSTRAK
Sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit dibuat di dalam sumsum tulang. Selain itu, limfosit juga dibuat di
dalam kelenjar getah bening dan limpa; dan limfosit T dibuat dan matang
dalam thymus (sebuah kelenjar kecil di dekat jantung).
Kelenjar thymus hanya aktif pada anak-anak dan dewasa muda. Di dalam sumsum
tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel
stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel
darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang
membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah,
akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih
atau trombosit.
Berdasarkan data yang diperoleh, baik nilai PVC, hemoglobin
dan total RBC pada contoh darah anjing yang diperiksa mengalami penurunan dari
batas normalnya. Begitu pula pada perhingan indeks eritrosit darah, contoh
darah anjing yang diperiksa mengalami penurunan pada dua dari tiga parameter
yang diperiksa yaitu MHC dan MCHC, sedangkan nilai MCV contoh darah aning yang
diperiksa mengalami peningkatan dari batas normalnya. Pemeriksaan diferensial
leukosit pada darah anjing diperoleh data bahwa gambaran keseluruhan jenis leukosit
sesuai literatur dalam kisaran normal.
KATA KUNCI : Sel Darah Merah, Sel
Darah Putih, Anemia, Haemoglobin, Neutrofil
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah merupakan gabungan dari
cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri,
kapiler dan vena; yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan
membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya. Lebih dari separuh bagian
dari darah merupakan cairan (plasma), yang sebagian besar mengandung
garam-garam terlarut dan protein. Protein utama dalam plasma adalah
albumin. Protein lainnya adalah antibodi (imunoglobulin) dan protein
pembekuan.
Sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit dibuat di dalam sumsum tulang. Selain itu, limfosit juga dibuat di
dalam kelenjar getah bening dan limpa; dan limfosit T dibuat dan matang
dalam thymus (sebuah kelenjar kecil di dekat jantung).
Kelenjar thymus hanya aktif pada anak-anak dan dewasa muda. Di dalam sumsum
tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel
stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel
darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang
membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah,
akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih
atau trombosit.
Kecepatan pembentukan sel darah
dikendalikan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jika kandungan oksigen dalam
jaringan tubuh atau jumlah sel darah merah berkurang, ginjal akan menghasilkan
dan melepaskan eritropoietin (hormon yang merangsang sumsum
tulang untuk membentuk lebih banyak sel darah merah). Sumsum tulang membentuk
dan melepaskan lebih banyak sel darah putih sebagai respon terhadap infeksi dan
lebih banyak trombosit sebagai respon terhadap perdarahan.
Berbagai pemeriksaan laboratorium
yang berbeda dari contoh darah untuk mendiagnosis dan memantau penyakit.
Beberapa pemeriksaan mengukur komponen dan fungsi darah itu sendiri,
pemeriksaan lainnya menilai bahan-bahan dalam darah untuk menentukan fungsi organ
lainnya
Pemeriksaan darah yang paling sering
dilakukan adalah hitung jenis sel darah lengkap (CBC, complete
blood cell count), yang merupakan penilaian dasar dari komponen sel darah.
Sebuah mesin otomatis melakukan pemeriksaan ini dalam waktu kurang dari 1 menit
terhadap setetes darah. Selain untuk menentukan jumlah sel darah dan trombosit,
persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin; hitung
jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari sel darah merah. Sel
darah merah yang abnormal bisa pecah atau berbentuk seperti tetesan air mata,
bulan sabit atau jarum.
Pengetahuan
tentang bentuk atau ukuran yang abnormal dari sel darah merah, dapat membantu mendiagnosis suatu
penyakit. Sebagai contoh sel berbentuk bulan sabit adalah khas untuk penyakit
sel sabit, sel darah merah yang kecil dapat merupakan pertanda dari stadium
awal kekurangan zat besi dan sel darah merah berbentuk oval besar menunjukkan
kekurangan asam folat atau vitamin B12 (anemia pernisiosa). Sebagian
besar pemeriksaan darah lainya membantu memantau fungsi organ lainnya. Karena
darah membawa sekian banyak bahan yang penting untuk fungsi tubuh, pemeriksaan
darah bisa digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam tubuh. Selain
itu, pemeriksaan darah relatif mudah dilakukan. Misalnya fungsi
tiroid bisa dinilai secara lebih mudah dengan mengukur kadar hormon tiroid
dalam darah dibandingkan dengan secara langsung mengambil contoh tiroid.
Demikian juga halnya dengan pengukuran enzim-enzim hati dan protein dalam darah
lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan mengambil contoh hati.
Tujuan
Tujuan praktikum ini
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengoleksi dan memisahkan plasma
dengan sel-sel darah serta mengetahui bagaimana cara koleksi serum untuk
pemeriksaan lab selanjutnya
.
TINJAUAN PUSTAKA
Hb adalah suatu
zat warna (pigmen) dari butir darah merah, mengandung zat besi (Fe) dan
protein. Protein tersebut adalah globin yaitu suatu histone.
Warna merah dari Hb disebabkan oleh adanya heme yaitu gugusan metal
dengan Fe sebagai inti atom pada pusat molekul porphyrin. Butir
retikulosit mengandung Ribonucleic Acid (RNA) mempunyai kemampuan untuk membantu
mensintesa Hb. Namun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Jumlah Hb dalam
darah dinyatakan dengan g/100 ml darah = gram % yang diukur dengan alat
hemoglobinimeter atau dapat juga dengan spectrophotometer. Jumlah haemoglobin
normal pada anjing berkisar 15-19% (Poedjiadi,A. 2009)
Butir darah
merah mamalia dalam peredarannya tidak berinti, kecuali pada golongan unggas
(berinti). Bentuknya bikonkaf, bulat seperti piring, diameter dan tebalnya
bervariasi (4 – 13 m), tergantung dari jenis dan status
nutrisinya. Butir darah merah membawa Hb dalam peredaran darah. Intinya
menghilang sebelum masuk ke peredaran darah. Namun dalam keadaan anemia
tertentu dapat ditemukan eritrosit yang berinti. Dalam keadaan normal dapat ditemukan 1-3%
dari sel darah merah merupakan retikulosit. Retiikulosit ini akan meningkaat
dalam keadaan anemia jika sum-sum tulang lebih aktif membentuk eritrosit dalam
jumlah besar. Jumlah sel darah merah normal pada hewan anjing berkisar 5.5-8.5
juta/microliter.
Sel-sel darah
putih atau biasa disebut leukosit yang beredar dalam darah terdapaat dalam
berbagai tipe. Leukosit lebih sedikit
jumlahnya dibanding dengan eritrosit.
Leukosit dalam aliran darah dikelompokan menjadi granulosit dan
agranulosit. Granulosit ditandai dengan adanya granula yang khas dalam
sitoplasmanya. Berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan terdapat tiga jenis
granula yaitu neutrophil, eusinofil dan basophil. Sementara agranulosit
meliputi limfosit dan monosit.
Neutrophil merupakan leukosit yang paling banyak jumlahnya dalam darah
hewan pada umumnya. Neutrophil memiliki granula yang halus dan banyak
sitoplasmanya. Neutrophil ini dikenal sebagai sel-sel bersegmen. Eusinofil
adalah sel-sel yang besar mengandung
banyak granula sitoplasmik besar yang terwarnai oleh zat warna asam. Intinya
tidak banyak bersegmen. Jumlah eusinofil normal pada anjing berkisar 5%. Basophil memiliki granula sitoplasmik yang
larut dalam air yang terwarnai dengan zat warna basa. Jumlah bashopil normal
pada anjing berkisar 2-5%. Limfosit dapat menghasilkan antibody karena
ekstraknya mengandung gamaglobulin. Jumlah limfosit normal pada anjing berkisar
65-70%. Monosit memiliki jumlah terbatas dengan ukuran besar dan memiliki inti
tunggal, sitoplasma yang berbutir-butir agak banyak dan terwarnai. Jumlah
monosit normal pada anjing berkisar 20-55% (Esfandiari A. et al . 2016.)
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet pengencer, kamar hitung,
mikroskop, tissue/kertas saring, alat penghitung, tabung kapiler
berantikoagulan, alat penyumbat tabung kapiler, alat sentrifugase kecepatan
tinggi, alat pembaca mikrohematokrit, hemoglobinometer (hemometer) sahli, pipet
tetes. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cairan pengencer
(hayem), darah utuh, asam hidroklorida 0.1 N, dan aquades.
Prosedur
Kerja
Perhitungan
jumlah eritrosit. Darah dihisap hingga 0.5 dengan
pipet pengencer lalu dihisap kembali cairan pengencer hayem hingga batas 11.
Pipet diangkat, lalu ujungnya ditutup dengan jempol dan pangkalnya ditutup
dengan jari tengah, pipet diposisikan mendatar. Campuran larutan dengan darah
diratakan dengan cara membuat gerakan angka delapan mendatar. Setelah homogeny,
larutan diteteskan 3-5 tetes. Larutan lalu diteteskan dalam kamar hitung,
setelahnya kamar hitung ditutupi dengan cover glass. Kamar hitung diamati
dibawah mikroskop dengan pembesaran bertingkat. Dihitung jumlah eritrositnya
(dihitung dalam lima kotak yang terletak di daerah central).
Perhitungan
nilai hematocrit. Darah dihisap dengan tabung
kapiler, bagian ujung tabung kira-kira 1cm dikosongkan. Bagian ujung tabung
lalu disumbat dengan penyumbat khusus, kemudian tabung disentrifugase selama
4-5 menit dengan kecepatan 10.000rpm atau selama 2 menit dengan kecepatan
16.000rpm. hasil sentrifuase dibaca dengan alat pembaca khusus (micro
hematocrit reader).
Perhitungan
kadar hemoglobin. Tabung sahli diisi dengan asam
klorida 0.1 N sampai garis terbawah. Darah kemudian dihisap hingg angka 20,
lalu dimasukkan pada asam klorida dengan meniup pelan-pelan, larutan dan darah
dicampurkan dengan cara meniup dan menghisap perlahan-lahan. Terbentuknya asam
hematin ditandai dengan adanya perubahan menjadi coklat atau coklat hitam.
Aquades lalu diteteskan dengan pipet tetes sambal dikocok-kocokkan hingga
warnanya sama dengan pembanding. Kadar hemoglobin debaca dengan melihat
miniskus cairan pada tabung sahli.
Penghitungan Jumlah Leukosist Total
Tahap pertama
Pipet pengencer
yang baik dan besih diambil. Darah dihisap sampai batas 0,5. Ujung pipet
dibersihkan dari noda-noda darah yang menempel dengan menggunakan kertas saring
atau tisu. Ujung pipet dicelupkan ke dalam cairan pengencer dan cairan tersebut
dihisap sampai batas 11. Pipet diangkat, lalu ditutup ujungnya dengan jempol
dan pangkalnya ditutup dengan jari tengah dengan posisi pipet mendatar.
Campuran larutan dengan darah diratakan dengan cara membuat gerakan bolak balik
seperempat lingkaran atau membuat gerakan angka delapan mendatar. Setelah
homogen, sebagian larutan enceran dibuang kira-kira 3-5 tetes. Kamar hitung
diambil dari kaca penutupnya. Kamar hitung maupun penutup harus bersih dari
kotoran serta bebas lemak atau minyak.
Kaca penutup
diletakkan diatas tanggul kamar hitung, dan selalu diperhatikan terbentuknya
cincin newton. Larutan enceran diisikan ke dalam kamar hitung dengan cara
hati-hati menyentuhkan ujung pipet pada tepi antara dataran kaca penutup sehingga
permukaan dataran terisi merata. Kelebihan cairan diatas kaca penutup dapat
dihilangkan dengan menyentuhkan kertas saring/tisu dengan hati-hati sehingga
larutan yang telah masuk kamar hitung tidak ikut terserap kembali. Kamar hitung
yang telah diisi dengan larutan enceran didiamkan selama beberapa menit dalam
posisi mendatar agar sel-sel darah mengendap dengan baik.
Tahap kedua
Mikroskop yang
baik disiapkan dan dibersihkan bagian-bagian optiknya. Kamar hitung yang telah
disiapkan diletakkan di meja mikroskop. Bagian dataran yang terisi diposisikan
tepat dibawah lensa objektif. Penyebaran sel diperhatikan dengan pembesaran
rendah, dilihat apakah merata atau berkelompok. Jika tidak merata, preparat
ulas baru dibuat. Jika sudah merata, lensa obyekti diganti dengan pembesaran
lebih tinggi. Sel leukosit dihitung berdasarkan jumlah sel yang terlihat dalam
empat kotak besar di pojok. Hasil perhitungan akhir, jumlah total leukosit sama
dengan jumlah yang dihitung dikalikan lima puluh.
Pembuatan preparat ulas darah
Kaca preparat
dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian dibersihkan dengan tisu atau lap yang
bersih, kering dan bebas lemak. Sampel darah, satu tetes diteteskan pada satu
sisi kaca preparat. Satu kaca preparat lain yang masih baik diambil dan ditempatkan
disalah satu sisi ujungnya pada kaca preparat pertama dengan membentuk sudut
kira-kira 30-45 derajat. Kaca preparat kedua ditarik sampai menyentuh tetes
darah dan dibiarkan menyebar sepanjang tepi kaca preparat kedua. Kaca preparat
kedua didorong ke sepanjang permukaan kaca preparat pertama dengan kecepatan
yang cukup sehingga terbentuk lapisan darah tipis dan merata. Preparat
dikeringkan dengan mengayun-ayunkannya beberapa kali di udara.
Pewarnaan preparat ulas darah
Praparat
dimasukkan kedalam metal alkohol dan dibiarkan selama 3-5 menit. Kemudian
preparat diangkat dan dikeringkan di udara. Setelah kering, dimasukkan ke dalam
larutan Giemsa 10% selama 45-60 menit. Kemudian, preparat ulas yang telah
diwarnai dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan di udara. Pengamatan
terhadap keadaan sel darah merah, mengidentifikasi dan menghitung setiap jenis leukosit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan praktikum, didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel
1. Hasil Pengukuran Dan Interpretasi Eritrosit
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Interpretasi
|
Hematocrit/ PVC
normal 40-55%
|
19%
|
Nilai
hematocrit lebih rendah dari kisaran normal anjing
|
Haemoglobin
normal 15-19 G%
|
3 G%
|
Nilai
hemoglobin pada contoh darah anjing dibawah batas normal , diduga anjing
alami anemia
|
Total RBC
normal 5.5-8.5x 106/µl
|
2,2x 106/µl
|
Jumlah total
RBC contoh darah anjing dibawah batas normal, hewan diduga terkena anemia
|
Indeks
Eritrosit
|
||
MCV
normal 60-77 fl
|
86.3 fl
|
Nilai MCV
contoh darah anjing meningkat dari bata normal, hewan terindikasi terkena
anemia makrositik
|
MHC
normal 19.0-23.0 pg
|
13.6 pg
|
Nilai MHC
contoh darah anjing menurun dari batas normal. Hewan terindikasi terkena
anemia
|
MCHC
normal 31-34 gr/dL
|
15.78 gr/Dl
|
Nilai MCHC
contoh darah anjing menurun dari batas normal. Anjing terindikasi terkena
anemia hipokromik
|
Hitung darah
lengkap (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis
pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien.Hitung darah
lengkap digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan
seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya (Gultom 2003).
Berdasarkan
data yang diperoleh, baik nilai PVC,
hemoglobin dan total RBC pada contoh darah anjing yang diperiksa mengalami
penurunan dari batas normalnya. Begitu pula pada perhingan indeks eritrosit
darah, contoh darah anjing yang diperiksa mengalami penurunan pada dua dari
tiga parameter yang diperiksa yaitu MHC dan MCHC, sedangkan nilai MCV contoh
darah aning yang diperiksa mengalami peningkatan dari batas normalnya
Pada pasien yang memiliki MCH rendah mempunyai
kecenderungan untuk memiliki anemia tipe defisisensi zat besi. Anemia yang
terjadi pada pasien ini biasanya terjadi karena kurangnya asupan nutrisi zat
besi ataupun perdarahan yang terjadi, seperti pada kanker usus serta perdarahan
pada saluran pencernaan lainnya. MCH yang tinggi bisa menandakan adanya ukuran
sel darah merah yang besar yang dapat terjadi akibat kerusakn hati, defisiensi
vitamin B12 dan juga kekurangan asam folat (Apsari dan Arta 2010).
Menurut Apsari
dan Arta (2010), pada pasien yang mengalami penurunan MCV memiliki kecendrungan
mengalami anemia mikrositik, yaitu anemia yang disebabkan oleh
defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis reumatoid, hemoglobinopati
(talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal, radiasi. MCV yang tinggi dapat diartikan
bahwa hewan terkena anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa,
penyakit hati kronis, hipotiroidisme (miksedema), pengaruh obat (defisiensi vit
B12, antikonvulsan, antimetabolik).
MCHC
menurun (hipokromia) dijumpai pada kondisi di mana hemoglobin abnormal seperti
pada anemia dan kekurangan zat besi dalam talasemia. Peningkatan MCHC
(hiperkromia) terdapat pada kondisi di mana hemoglobin abnormal terkonsentrasi
di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka bakar dan sferositosis bawan (Apsari
dan Arta 2010). Berdasarkan
literature diatas, adanya peningkatan jumlah MCV dan penurunan jumlah MHC
mengindikasikan bahwa anjing mengalami anemia makrositik-hipokromik
Tabel 2. Nilai jumlah total
leukosit dan diferensiasi leukosit pada anjing
Nilai
|
Pemeriksaaan
|
|||||||
WBC
|
Diferensial leukosit
|
Limfosit
|
Monosit
|
Neutrofil segment
|
Neutrofil band
|
Eosinofil
|
Basofil
|
|
Total
|
9.450/µL
|
Relatif
|
43%
|
9%
|
36%
|
9%
|
2%
|
1%
|
Absolut
|
4.063/µL
|
850/µL
|
3.402/µL
|
850/µL
|
189/µL
|
945/µL
|
Tabel 3. Nilai normal jumlah total
leukosit dan diferensiasi leukosit pada anjing
Parameter
|
Kisaran Normal*
|
Kisaran Normal**
|
Total Leukosit
|
9.000-13.000/µL
|
6.000-17.000/µL
|
Limfosit
|
20-25%
|
1.000-4.800/µL
|
Monosit
|
5%
|
150-1350/µL
|
Eosinofil
|
2-5%
|
100-750/µL
|
Basofil***
|
0-1%
|
0-170/ µL
|
Neutrofil Segment ***
|
60-70%
|
3.600-13.100/µL
|
Neutrofil Band ***
|
0-4%
|
0-680/µL
|
(sumber: *Swenson 1984;
**Vansteenhouse 2006; ***Tilley dan Smith 2011)
Pemeriksaan
leukosit pada darah anjing diperoleh data bahwa jumlah total leukosit anjing
adalah 9.450/mm3. Berdasarkan literatur jumlah leukosit normal
anjing adalah 6.000-17.000/mm3. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
leukosit anjing dalam rentang normal. Leukosit pada umumnya jumlah lebih
sedikit dibandingkan dengan eritrosit. Leukosit akan meningkat ketika tubuh
merespon benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Semua leukosit diprduksi dalam
sumsum tulang yang akan mengalami proses pematangan pada organ limfoid lainnya
(Karnen 1996). Menurut Brown (1989), leukosit mampu keluar dari pembuluh darah
menuju jaringan yang biasa disebut diapedesis. Hal tersebut bertujuan untuk
melaksanakan fungsinya dalam melawan mikroorganisme.
Pemeriksaan
diferensial leukosit pada darah anjing diperoleh data bahwa gambaran
keseluruhan jenis leukosit sesuai literatur dalam kisaran normal, kecuali
neutrofil dan basofil. Neutrofil segment menunjukkan hasil lebih rendah
daripada literatur (3.600-13.100/ µL), sedangkan neutrofil band lebih tinggi.
Kondisi tersebut dapat terjadi kemungkinan neutrofil segment pada anjing telah
apoptosis sehingga rendah dalam darah. Neutrofil segment akan dilepaskan pada
aliran darah(Messick 2006) dan sel neutrofil pda anjing memiliki jangka hidup
dalam aliran darah kira-kira 4-6 jam(Samuelson 2007).
Neutrofil band
lebih tinggi dari normal (0-680/µL) diduga produksinya dalam sumsum tulang
mengalami peningkatan. Laporan Frandson (1992), faktor leukopoietik akan
merangsang sumsum tulang melepaskan cadangan neutrofil dan meningkatkan
produksi neutrofil. Kasus infeksi akut dapat mengakibatkan terjadinya
leukositosis karena kondisi ini sumsum tulang dirangsang untuk melepaskan lebih
banyak neutrofil dalam aliran darah. Kondisi tersebut biasanya ditandai dengan
peningkatan leukosit muda (neutrofil band) (Brown 1989).
Basofil
menunjukkan hasil lebih tinggi dari kisaran normal (0-170/ µL). Basofil dalam
aliran darah normal memiliki jumlah sangat sedikit dari tipe leukosit yang
lain. Kondisi ini diduga anjing mengalami hipersensitivitas atau peradangan.
Laporan Guyton dan Hall (1997), basofil dapat melepaskan heparin, histamin,
bradikinin, dan serotonin pada kondisi tertentu. Pelepasan histamin terjadi
ketika hewan mengalami alergi. Menurut Frandson (1992), histamin juga memiliki
peranan dalam mengawali peradangan dan menyebabkan dilatasi kapiler, venul, dan arteriol,
sehingga timbul hiperemia.
SIMPULAN
Hasil
pengamatan eritrosit, sediaan berasal dari hewan anjing. Nilai eritrosit
mengalami penurunan. Nilai haemoglobin, hematokrit, dan total RBC mengalami
penurunan dari nilai normal. Hal ini mengindikasikan hewan menderita anemia.
Pengamatan nilai MCV, MCH, MCHC menunjukkan jenis anemia yang diderita.
Meningkatnya nilai MCV diindikasikan sebagai anemia makrositik. Peningkatan MCV
diikuti penuruanan MCH, dan MCHC. Penurunan tersebut menandakan anemia
hipokromik. Pengamatan leukosit masih dalam nilai normal. Peningkatan band
neutrofil dan penuruanan neutrofil dewasa menandakan banyaknya neutrofil muda beredar
daam darah. Penurunan neutrofil tidak diindikasikan sebagai keadaan patologis.
DAFTAR PUSTAKA
Apsari
IP, Arta S. 2010. Gambaran ayam buras yang terinfeksi Leucocytozoon. Jurnal Veteriner.2(1) : 18-22
Brown EM. 1989. Darah Dan Sumsum Tulang. Di dalam:
Dellmann HD, Brown EM. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed ke-3. Hartono R,
penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan
dari:Veterinary Histology. Hlm 109- 143.
Esfandiari A. et al . 2016. Panduan Pemeriksaan Patologi Klinik. Bogor (ID): IPB press
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Srigandono
B, Praseno K, penerjemah;Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Anatomy and Physiology of Farm Animals,4th Edition.
Gultom
IM. 2003. Hubungan beberapa parameter anemia dengan derajat keparahan sirosis hati. J Fac
Vet Med. 4(2): 34- 38
Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9.
Setiawan I et al. penerjemah; Setiawan
I, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology.
Karnen B. 1996. Immunologi
Dasar Edisi 2.Jakarta(ID): Gaya Baru.
Messick J. 2006. Blood and bone marrow. Di dalam: Eurell
JA, Frappier BL. Delmann¶s Textbook
of Veterinary Histology. Ed ke-6. USA: Blackwell Publishing. hlm 61-66.
Poedjiadi,A. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta(ID): UI Press
Samuelson DA. 2007. Textbook of Veterinary Histology. China:
Saunder and Elsevier.
Swenson MJ. 1984. Dukes¶ Physiology of Domestic Animals. Ed
ke-10. Ithaca and London:
Comstock Publishing Associates a division of Cornell University Press.
VanSteenhouse JL. 2006. Clinical pathology. Di dalam: McCurnin
DM, Bassert JM. Clinical Textbook
for Veterinary Technicians. Ed ke-6. Philadelphia: Elsevier Saunders. hlm 184-198.
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com