Teruntuk Kamu

       Teruntuk kamu...

    Hai. selamat malam, mungkin hanya dengan kaliamt tak berarti dalam surat ini aku bisa mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan ini. Semoga kamu yang membaca ini mampu memahami dan mengerti apa yang menjadi ketakutan dan kesedihan ku.
     Kamu, awal kita bertemu aku bahkan tak pernah melihat apalagi mengenalmu. Semua berjalan baik dan biasa saja. Namun semua ini berubah. ketika hati menentukan arah dia berlabuh. Tanpa ku mengerti hati ini menunjuk kamu sebagai pelabuhan berikutnya dalam perjalanan ini. Memang hati ini aku yang memiliki tetapi aku tak punya kuasa penuh atas hati ini. 
       Terlintas ragu dalam diri ketika hati yang telah menetapkan namun pikiran selalu membantah bahwa bukan kamu orang yang tepat. Memang hati dan pikiran tak selalu bisa bekerjasama dengan baik. Menimbulkan keraguan amat berat dan kegelisahan amat hebat, namun sekali lagi, pikiran mampu dikalahkan oleh keegoisan hati. Kemudian hati meracuni otak yang mampu mensugesti bahwa cinta ini untuk kamu...
       Waktu terus berjalan, kamu yang jauh kini telah berdiri di hadapanku. memang sesekali aku harus merasakan pahitnya berdiri sendiri namun itu tak masalah bagiku karena ada yang meyakinkanku bahwa kau akan kembali lagi untuk menemaniku berdiri disini. Tak terasa pagi ku telah menuju siang. jejak langkah kepergianmu tak dihapus angin dan tak di basuh hujan. Sembari menunggu, aku mengikuti jejakmu dan berharap masih bisa bertemu untuk sekedar menyapa dan bertanya. Di ujung jejak kamu, ku temukan kamu sedang berdiri kebinmgungan seakan tak punya tujuan dan landasan mengambil keputusan. 'apa yang membuatmu mampu membiarkanku berdiri sendiri?' tanyaku. Tak terucap seuatu dari nuranimu atas pertanyaan yang muncul dari benak ku. Tanpa banyak kata terucap, kita memutuskan untuk kembali bersama...
        Kulihat raut kegelisahan dalam dahimu, menandakan ada hati yang juga bergolak jauh didalam pikiran yang tengah berontak. Tak pernah ku mengerti isi hatimu dan tak pernah ku pahami kemana arah pikiranmu. Setengah perjalanan telah kita lalui namun kali ini kulihat kegelisahan pada dirimu. Namun apa? tak pernah ada satu kalimat yang mampu kau terangkan kepadaku hingga aku bertanya- tanya dalam diam ku.
      Tak kuasaku menahan diri dalam keadaan seperti ini dan harus terus memendam tanya dalam sorot mata. Ku izinkan lisan ku untuk melontarkan apa yang selama ini di tahan nya. Tak sepatah kata keluar dari mu. Namun, kamu berhenti. Bahasa tubuhmu mengisyaratkan aku untuk pergi, walau tanpa kata, walau dalam diam, kamu sebenarnya menjelaskan banyak makna. makna bahwa aku harus berjalan sendiri dan kamu juga ingin berjalan sendiri...
     Sekuat mungkin ku coba meyakinkan kamu untuk kembali bersama, semampu ku menjanjikan akan ada pelangi yang indah di ujung jalanan berbukit dan berbatu ini. sekuat nyata dan maya ku meyakinkanmu takkan ada batu dan bukit lagi jika kita mau berjalan bersama menaklukan semua. Sebisa mungkin aku berjanji aku dan kamu akan menjadi kita apabila tetap bersama.
     Namun, sekuat apapun aku mencoba, kakimu tak kunjuk mengayunkan langkah. ragamu tak mengizinkan untuk kembali berjalan. kamu hanya diam dengan isyarat tangan mengizinkanku pergi. Mengamini permintaanmu , ku ayunkan langkah ini tanpa kamu menemani. Bayangmu terus menemani seraya terdengar samar samar suaramu mengatakan bahwa sedari aku memulai perjalanan ini, hatimu tak pernah menemani...

         Teruntuk kamu yang menghancurkan pelangi indahku...

       Memang aku tak mempunyai kekuatan untuk memaksamu, memang aku yang bukan dari awal kau inginkan untuk dijadikan teman dalam perjalananmu. memang. aku bukan orang itu...

      Teruntuk kamu yang kini sendiri...

    Terimakasih telah mengajariku pelajaran terpenting dalam pahitnya rasa kekecewaan. Menguatkanku dalam pedihnya sebuah pengharapan. Mencoba menghancurkanku dalam sadisnya sebuah kata dalam cinta yang tak tersampaikan. Membantuku membunuh hati dan pikiran ku sendiri kemudia melihatnya mati dalam kesedihan dan luka mendalam. terimakasih telah menjadikan pelangi indahku seperti jutaan hutan mati terbakar api penyesalan yang mungkin tak akan ada lagi pelangi setelah ini.

    Teruntuk kamu...

       Memang bagimu tulisan ini hanya untaian kalimat yang tak berharga dan bermakna. namun, bagiku inilah jalan untukku mengungkapkan apa yang tak mampu diucapkan lisanku. Ini caraku untuk tetap mengingatmu yang mati dan terpahat dalam untaikan kata di tulisan ini..

   Teruntuk kamu yang menghancurkan mimpiku...

         Kini aku telah tiba dalam penghujung jalan petualangan. Senja menemaniku, Mentari terbenam begitu indah. memang tak sebanding dengan pelangi. namun, aku tetap tersenyum karena aku yakin esok mentari kan kembali membawa jutaan kisah indah nan bahagia dengan atau tanpamu...

Sampai jumpa ...





Tertanda



Dia yang kau hancurkan malam ini

Comments

Popular posts from this blog

Farmakologi Veteriner ANTIDIARE

Theileria Pada Sapi

Farmako SSO